Indonesia Flag Orb

Jumat, 03 Juli 2015

PAPER TENTANG SKALA PSIKOLOGIS







SKALA PSIKOLOGIS


Paper

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pemahaman Individu


Dosen Pengampu:
Drs.Heru Mugiarso,MPd,Kons



Oleh:
Wawan Widhianto                  (1301411069)
Kartikaningsih                         (1301413027)
Dije Zarazka Kristy                 (1301414067)
Ani Isnani                               (1301414068)
Yuyun Sundari                        (1301414075)





JURUSAN BIMBINGAN DAN  KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

SKALA PSIKOLOGIS
1.      Pengertian skala psikologis
Skala psikologis adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur atribut efektif. Kelebihan skala psikologis antara lain adalah: data yang diungkap oleh skala psikologis berupa konstrak atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu, respon tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” dan “salah”, semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh, stimulus berupa pertanyaan biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan., dan sekalipun responden memahami isi pertanyaan, biasanya tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan yang sesungguhnya diungkap oleh peneliti (Azwar, 2006:4-6).
Sedangkan kelemahannya yaitu: atribut psikologis bersifat laten/ tidak dampak, item dalam skala psikologis didasari oleh indikator-indikator prilaku yang jumlahnya terbatas. Respon yang diberikan oleh subyek sedikit-banyak dipengaruhi oleh variabel yang tidak relevan seperti suasana hati subyek. Kondisi dan situasi sekitar, kesalahan prosedur administrasi, dan semacam atribut psikologis yang terdapat dalam diri manusia stabilitasnya tidak tinggi, dan interpretasi terhadap hasil ukur psikologis hanya dapat dilakukan secara normatif (Azwar, 2006: 2).
2.      Pilihan jawaban pada skala psikologis
Pada skala terdapat lima pilihan jawaban yang terdiri dari jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor digunakan untuk mengetahui distribusi masing-masing variabel. Adapun kategori jawaban untuk skala psikologis sebagai berikut:



Tabel 3.2
Kategori Jawaban Isntrumen Penelitian
Alternatif (+)
Skor
Alternatif (-)
Skor
Sangat Sesuai (SS)
5
Sangat Sesuai (SS)
1
Sesuai (S)
4
Sesuai (S)
2
Kurang Sesuai (KS)
3
Kurang Sesuai (KS)
3
Tidak Sesuai (TS)
2
Tidak Sesuai (TS)
4
Sangat Tidak Sesuai (STS)
1
Sangat Tidak Sesuai (STS)
5
(Sugiyono, 2010.135)
3.      Karakteristik skala psikologis
Sebagai alat ukur, skala psikologi memilik karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk alat pengumpulan data yang lain seperti angket (questionnaire), daftar isian, inventori, dan lain-lainnya. Meskipun dalam percakapan sehari-hari biasanya istilah skala disamakan saja dengan istilah tes namun (dalam pengembangan instrumen ukur) umumnya istilah tes digunakan untuk penyebutan alat ukur kemampuan kognitif sedangkan istilah skala lebih banyak dipakai untuk menamakan alat ukur aspek afektif.
Oleh karena itu, dapat diuraikan beberapa di antara karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi, yaitu:
1)      Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. Dalam hal ini, meskipun subjek yang diukur memahami pertanyaan atau pernyataannya namun tidak mengetahui arah jawaban yang dikehendaki oleh pertanyaan yang diajukan sehingga jawaban yang diberikan akan tergantung pada interpretasi subjek terhadap pertanyaan tersebut dan jawabannya lebih bersifat proyektif, yaitu berupa proyeksi dari perasaan atau kepribadiannya.
2)      Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu berisi banyak aitem. Jawaban subjek selalu terhadap satu aitem baru merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, sedankan kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bila semua aitem telah direspons.
3)      Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula.
Kedua karakteristik tersebut di atas oleh Cronbach (1970) disebut sebagai ciri pengukuran terhadap performansi tipikal (typical performance), yaitu performansi yang menjadi karakter tipikal seseorang dan cenderung dimunculkan secara sadar atau tidak sadar dalam bentuk respons terhadap situasi-situasi tertentu yang sedang dihadapi. Dalam penerapan psikodiagnostika, skala-skala performansi tipikal digunakan untuk pengungkapan aspek-aspek afektif seperti minat, sikap, dan berbagai variabel kepribadian lain semisal agresivitas, self-esteem, locus of control, motivasi belajar, kepemimpinan, dan lain sebagainya.

4.      Tahap – tahap penyusunan skala psikologis
Menurut Saifuddin Azwar (2005: 11) dalam bukunya Anwar Sutoyo menunjukan bahwa alur kerja dalam penyusunan skala psikologis yaitu sebagai berikut:
a.       Penetapan Tujuan
Sedikit berbeda dengan penyusunan angket, dalam menetapkan ujuan skala psikologis disarankan agar pada tahap penetapan tujuan ini dimulai dari identifikasi yujuan ukur, yaitu memilih suatu definisi dan mengenal teori yang mendasari konstruk psikologis atribut yang hendaka diukur.
b.      Operasionalisasi Konsep
Pada tahap ini, peneliti melakukan tahap pembatasan kawasan (domain) ukur berdasarkan konstruk yang didefinisikan oleh teori yang bersangkutan. Pembatasan ini harus diperjelas dengan mengraikan komponen – komponen atau dimensi – dimensi yang ada dalam aribut termaksud. Dengan mengenali batasan ukur dan adanya dimensi yang jelas, maka skala akan mengukur secara komprehensif dan relevan, yang pada giliranya akan menunjang validitas isi skala.
c.       Pemilihan Bentuk Stimulan
Sebelum penulisna item dimulai, penusunan skala psikologi perlu menetapkan bentuk atau format stimulus yang hendak digunakan. Bentuk stimulus ini berkaitan dengan metode penskalaannya.dalam pemilihan bentuk penskalaan biasanya lebih bergantung pada kelebihan teoritis dan mafaat praktis format yang bersangkutan. Hal ini berbeda dengan pengembangan tes – tes kemampuan kognitif yang dalam pemilihan formatnya perlu mempertimbangkan berkenaan dengan respnden, materi uji, dan tujuan pengukuran.
d.      Penulisan Item atau Reviu Item
Setelah komponen – komponen item jelas di identifikasikannya atau indicator – indikator perilaku telah dirumuskan dengan benar, lazimnya disajikan dalam bentuk blue-print dalam bentuk table yang memuat uraian komponen – komponen dan indicator – indicator perilaku dalam setiap komponen, maka penulisan item dapat dimulai. Beberapa kaidah dalam penulisan item ditunjukan loeh Sutrisno Hadi (2004: 165) dan Saifuddin Azwar (2005: 35) disarikan sebagai berikut:
1)      Gunakan kalimat yang sederhana, jelas, dan mudah dimengerti oleh responden, serta mengikuti tata tulis dan bahasa yang baku.
2)      Hindari penggunaan kata – kata yang bisabermakna gada dan yang tidak ada maknanya.
3)      Hindari pula kata – kata yang terlalu kuat (sugettif, menggiring) dan terlalu lemah (tidak merangsang).
4)      Selalu diingat bahwa dalam penulisan item hendaknya selalu mengacu pada indicator perilaku atau komponen atribut, dan oleh karena itu jangan menulis item yang langsung menanyakan atribut yang hendak diungkap.
5)      Selalu perhatiakan indikator perilaku yang hendak diungkap sehingga stimulus dan pilihan jawaban tetap relevan dengan yujuan pengukuran.
6)      Perlu menguji pilihan – pilihan jawaban yang telah ditulis, adakah perbedaan arti atau makna antara dua piliha yang berbeda sesuai dengan ciri atribut yang sedang diukur.
7)      Perhatikan bahwa isi item tidak boleh mengandung keinginan social pada umumnya dan dianggap baik oleh norama social (social desireability).
8)      Untuk menghidari stereotype jawaban atau cenderung memberikan jawaban pada sisi kanan tanpa membaca atau mempertimbangkan kesesuaiaanya dengan diri responden, maka sebagian item perlu dibuat dalam arah favorable (positif) dan sebagian lain dibuat dalam arah tidak favorabel (negative)
e.       Reviu Item
Reviu pertama dilakukan oleh penulis item sendiri, yaitu dengan selalu memeriksa ulang setiap item yang baru saja ditulis apakah telah sesuai dengan indicator perilaku yang hendak diuangkap dan apakah juga tidak keluar dari pedoman penulisan item. Kompetensi yang diperlukan bagi orang yang dmintai mereviu adalah (a) menguasai masalah konstruksi, (b) menguasai masalah atribut yang diukur, (c) menguasai bahasa tulis standar.
f.       Uji Coba
Tujuan utama uji coba adalah untuk mengetahui apakah kalimat – kalimat dalam item mudah dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana diinginkan oleh penulis item. Reaksi – reaksi responden berupa pertanyaan – pertanyaan mengenai kata – kata taua kalimat ang digunakan dalam item merupakan pertanda kurang komunikasinya kalimat yang ditulis dan itu memerlukan perbaikan.
g.      Analisi Item
Merupakan proses pengujian parameter – parameter item guna mengatahia apakah item memenuhi prasyarat psikometris untuk disertakan sebagai bagian dari skala. Parameter item yang perlu diuji sekurang – kurangnya adala daya beda  atau daya diskriminasi item, yaitu kemampuan item untuk membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak. Dalam analisi item yang lebih lengkap dilakukan juga analisi indeks validitas dan indeks reliabilitas item.
h.      Kolpilasi I
Berdasarkan hasil analisi item, maka item – item yang tidak memiliki prasyarat psikometris akan disingkirkan atau diperbaiki lebih dahulu sebelu dapat menjadi bagian dari skala. Di sisi laian, item – item yang memenuhi prasyarat juga tdak denga sendirinya disertakan kedalam skala, sebab proses kompilasi skala masih harus mempertimbangkan proporsionalitas komponen – komponen skala sebagaiman didiskripsikan oleh blue-prin-nya. Dari sini dapat dipahami, bahwa dalam mengumulkan (mengkompilasi) item – item yang memenuhi prasyarat untuk menjadi bagian dari skala perlu meperhatikan (1) apakah suatu item memenuhi prasyrat psikometris atau tidak, dan (2) proporsionalita komponen – komponen skala seperti tertera dalam blue-print.
i.        Kompilasi II
Item – item yang terpilih yang jumlahnya disesuaiakan dengan jumlah yang jumlahnya telah dispesifikasikan oleh blue-print, elanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Apabila koefisien reliabilitas skala ternyata belum memuaskan, maka penyusunan skala dapat kembali ke langkah kompilasi dan merakit ulang skala dengan lebih mengutamakan item – item yang memiliki daya beda tinggi sekalipun perlu mengubah proporsi item dalam setiap komponen atau bagian skala. (2012: 201)









Sumber:
(di unduh pada tanggal 12 Mei 2015. Pukul 16.00)
(di unduh pada tanggal 12 Mei 2015. Pukul 16.12)
(di unduh pada tanggal 12 Mei 2015. Pukul 20.00)

Sutoyo, Anwar. 2012. Pemahaman Individu. Yogyakarta: Pustaka Belajar

1 komentar :

Adeharyatikartika932@gmail.com mengatakan...

Contoh skala psykologis

Posting Komentar

 
Powered by Blogger | Printable Coupons